Friday, 18 July 2014

Asal Usul Blora

Tahukah Anda tentang Blora?
- Wah…yang saya tahu menurut buku pelajaran, Blora banyak hutan jati-nya!
Ah…masa hanya itu?! Anda tidak tahu tentang Pramoedya Ananta Toer?
- Wah…siapa itu ya?
Waduh…anda ini bagaimana, mahasiswa kok tidak tahu penulis besar kita yang pernah dinominasikan Nobel Sastra itu?
- Maaf mas…saya memang tidak tahu Pramoedya dan Blora selain kayu jati.
Begitulah sekelumit pembicaraan tentang Blora dengan generasi muda jaman sekarang. Kota tua yang mempunyai banyak cerita namun hilang di antara cerita-cerita baru yang muncul di dunia media massa sekarang. Generasi yang hidup setelah reformasi pada umumnya tidak mengenal nama Pramoedya dan Blora. Nama itu hanya terngiang dalam bunyi-bunyi yang abstrak di antara hingar bingar jutaan informasi yang dianggap lebih cool dibandingkan membicarakan Blora.
peta kabupaten Blora


Tahukah Anda tentang Blora?
Blora adalah sebuah kabupaten di pinggiran Jawa Tengah yang berbatasan lansung dengan Jawa Timur. Secara administratif terletak di wilayah paling ujung (bersama Kabupaten Rembang) di sisi timur Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten diapit oleh lima wilayah administratif, yaitu bagian utara oleh Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati, bagian Timur oleh Kabupaten Bojonegoro, bagian Selatan oleh Kabupaten Ngawi dan bagian barat oleh Kabupaten Grobogan. Luas wilayah administrasi kabupaten yang didominasi oleh pegunungan kapur ini adalah1820,59 km² pada ketinggian 96,00-280 m di atas permukaan laut. Hampir 50% wilayah ini arealnya adalah hutan yang meliputi hutan negara dan hutan rakyat, 25% areal persawahan dan sisanya perumahan dan lain-lain.
stasiun kereta tahun 1902
Daerah ini merupakan kawasan krisis air dan rawan banjir longsor saat musim hujan. Ada Sungai Lusi yang merupakan sungai terbesar di Kabupaten Blora yang sumber mata airnya dari pegunungan Kapur Utara (Rembang).
Menurut cerita, nama Blora berasal dari kata belor (Lumpur) yang berkembang menjadi mbeloran. Ada juga yang melihat dari kata wai (Air) dan lorah (Jurang/Dataran Rendah), sehingga disebut wailorah atau bailorah yang kemudian berkembang menjadi balora atau Blora.
hutan jati
Hari jadi kabupaten ini pada 11 Desember 1749. Wilayah yang didominasi oleh hutan jati ini tidak pernah lepas dari konflik kepentingan dari jaman ke jaman. Sejak jaman kerajaan Demak, Mataram hingga sekarang, wilayah ini menjadi primadona karena hasil buminya.
Tahukah Anda tentang Blora?
wong samin
Blora adalah kawasan yang melahirkan orang-orang yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, baik dalam perspektif sosial-politik dan kebudayaan. Ada nama Raden Kohar atau Samin Surasentiko yang merupak tokoh perlawanan petani yang menggunakan protes pasif (tidak menggunakan senjata). Pergolakan di Blora pada jaman penjajahan terutama disebabkan oleh penerapan berbagai macam pajak, perubahan pemakaian tanah komunal, pembatasan dan pengawasan oleh penjajah mengenai penggunaan hasil hutan oleh masyarakat.
Sedulur Sikep atau lebih dikenal sebagai Wong Samin diketahui bermula dari Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarjo, Kabupaten Blora. Desa ini terletak kurang lebih 25 kilometer di sebelah utara Randublatung. Sebuah perkampungan yang terletak di tengah hutan jati. Menuju Klopoduwur, maka akan melintasi areal hutan jati yang termasuk wilayah kerja HPH (Hak Pemangku Hutan) Kabupaten Blora. Raden Kohar lahir pada 1859 ini sejatinya berasal dari Desa Ploso Kedhiren, Randublatung Kabupaten Blora. Namun, lelaki buta aksara ini memilih daerah Klopoduwur, Blora, Jawa Tengah sebagai tempat pengembangan ajarannya.
kayu jati
Pada 1890 pergerakan Samin berkembang di dua desa hutan kawasan Randublatung dan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Gerakan ini lantas dengan cepat menjalar ke desa-desa lainnya. Mulai dari pantai utara Jawa sampai ke seputar hutan di Pegunungan Kendeng Utara dan Kendeng Selatan. Ajaran yang pada permulaannya hanya dipandang sebelah mata oleh Pemerintah Kolonial Belanda ini, ternyata berkembang dengan cepat. Dalam waktu kurang lebih 17 tahun pengikut ajaran Samin telah mencapai sekitar 5000 orang. Mulai tahun 1907 banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintah (Belanda). Samin beserta delapan pengikutnya, ditangkap dan kemudian diasingkan di Sawahlunto, Sumatra Barat hingga meninggal pada tahun 1914.
Tahukah Anda tentang Blora?
Blora, kaya akan minyak
Adrian Stoop, pemilik perusahaan minyak Belanda De Dordtsche Petroleum Maatschappij melakukan usaha pencarian minyak di Surabaya tahun 1887 dan menemukan semburan minyak di Desa Ledok Kecamatan Sambong, Blora. Kemudian ia mendirikan Kilang Wonokromo (1890) dan di Cepu Jawa Tengah (1894), yang sekarang menjadi wilayah kerja Pertamina. Kawasan ini merupakan awal mula eksplorasi minyak bumi di Indonesia.
stasiun kereta Cepu tahun 1957
Blora mendapat sorotan nasional ketika di kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Bulan Maret 2006 Exxon Mobil Indonesia ditunjuk sebagai pengelola tambang tersebut. Penunjukan ini menuai kontroversi dari berbagai kalangan karena dianggap menjual potensi alam Indonsesia kepada perusahaan asing. Perjanjian antara pemerintah Indonesia dengan Exxon Mobil Indonesia dianggap tidak berimbang, karena konsesi harga yang jauh lebih tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan milik negara yaitu PT. Pertamina.
penambangan minyak
Tahukah Anda Tentang Blora?
pohon jati
Hutan alam dan tanam yang luas di Pulau Jawa seperti hutan jati memiliki nilai ekonomis, ekologis, dan sosial yang penting. Kayu jati jawa telah dimanfaatkan sejak zaman Kerajaan Majapahit. Jati terutama dipakai untuk membangun rumah dan alat pertanian. Hingga masa Perang Dunia Kedua, orang Jawa pada umumnya hanya mengenal kayu jati sebagai bahan bangunan. Kayu-kayu bukan jati disebut ‘kayu tahun’. Artinya, kayu yang keawetannya untuk beberapa tahun saja.
Jati banyak digunakan dalam membangun kapal-kapal niaga dan kapal-kapal perang. Tegal, Juwana, Tuban, dan Pasuruan adalah pusat-pusat galangan kapal dulunya. Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) bahkan sedemikian tertarik pada “emas hijau” ini hingga berkeras mendirikan loji pertama mereka di Pulau Jawa —tepatnya di Jepara— pada 1651. Perusahaan kolonial ini juga memperjuangkan izin berdagang jati melalui Semarang, Jepara, dan Surabaya karena mereka menganggap perdagangan jati akan jauh lebih menguntungkan daripada perdagangan rempah-rempah dunia.
kerajinan kayu jati
Di pertengahan abad ke-18, VOC mewajibkan para pemuka bumiputera untuk menyerahkan kayu jati kepada VOC dalam jumlah tertentu yang besar. Melalui sistem blandong, para pemuka bumiputera ini membebankan penebangan kepada rakyat di sekitar hutan. Sebagai imbalannya, rakyat dibebaskan dari kewajiban pajak lain. Jadi, sistem blandong tersebut merupakan sebentuk kerja paksa. VOC kemudian memboyong pulang gelondongan jati jawa ke Amsterdam dan Rotterdam. Kedua kota pelabuhan terakhir ini pun berkembang menjadi pusat-pusat industri kapal kelas dunia. Jati-jati yang dibawa oleh VOC ini berasal dari Blora sebagai salah satu kawasan penghasil kayu jati terbaik di pulau Jawa.
Tahukah Anda tentang Blora?
Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta, 1953. Penulisnya adalah Parmoedya Ananta Toer seorang yang hampir sebagian besar hidupnya mendekam dalam bui dari jaman kolonial Belanda dan Jepang hingga rejim Soeharto. Nama penulis ini tidak pernah lepas dari Blora dimana dia berasal. Pramoedya lahir pada 6 Februari 1925 dan wafat di Jakarta pada 30 April 2006. Ia adalah salah seorang penulis yang paling produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Lebih dari 50 karya sastra dibuatnya dan telah diterjemahkan lebih dari 41 bahasa asing.
Pramudya Ananta Toer
Nama asli Pramoedya adalah Pramoedya Ananta Mastoer seperti yang ia tulis pada buku Cerita Dari Blora (sebuah semi autobiografi), ia menghilangkan penggalan Mas menjadi Toer saja, karena menganggap Mastoer terlalu aristokratik. Setelah tragedi 1965, ia ditahan rezim Soeharto karena pandangan komunis-nya. Buku-buku Pram dilarang beredar. Ia ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan dan kemudian dipindahkan ke Pulau Buru, tempat ia menghabiskan waktu selam 14 tahun dalam tahanan politik.
Meskipun dilarang untuk menulis selama penahanan di Pulau Buru, Pram berhasil menghasilkan tetralogi Minke yang merupakan salah satu karya terbaiknya. Tetralogi ini dimulai dengan buku berjudul Bumi Manusia, yang merupakan semi fiksi sejarah Indonesia dengan tokoh utama Minke, bangsawan kecil Jawa (yang merupakan penggambaran RM Tirto Adisuryo seorang tokoh pergerakan zaman kolonial yang mendirikan Sarekat Priyayi yang dianggap oleh Pramudya sebagai organisasi nasional pertama di Nusantara). Buku ini dibawakan secara oral kepada kawan-kawan sepenjara dan diselundupkan ke Australia yang kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia.
Pramoedya adalah salah satu kepingan anak-anak Blora yang mempunyai peran besar dalam perkembangan sejarah dan kebudayaan Indonesia. Saat ia wafat, kawan dan lawan datang melayat sebagai sebuah penghargaan terhadap intergritas seorang Pramoedya Ananta Toer sebagai pelaku sejarah kebudayaan di Indonesia.
Tahukah Anda tentang Blora?
Banyak kepingan-kepingan yang perlu dibaca kembali oleh kita tentang wilayah dengan nama Blora. Untuk itulah program AKUMASSA Forum Lenteng merasa perlu untuk masuk dan berbagi pengalaman dengan kawan-kawan komunitas tentang “bagaimana Blora” sekarang? Untuk kali ini Forum Lenteng bekerjasama dengen Komunitas Anak Seribu Pulau, yang merupakan komunitas anak muda di kawanan Randublatung Blora. Komunitas ini banyak bekerja menggunakan media seni grafis dan musik punk sebagai ekspresi persoalan-persoalan sosial-politik dan kebudayaan.
Semoga kerjasama jaringan AKUMASSA dengan Komunitas Anak Seribu Pulau dapat terjalin dengan baik.

0 comments:

Post a Comment